Atap bitumen adalah salah satu jenis atap yang terbuat dari beberapa campuran seperti cairan aspal, fiberglass, serat selulosa, pasir halus, mineral granul, resin dan alga coating. Seringkali disebut juga dengan atap aspal atau genteng aspal. Permukaan bitumen bertekstur sedikit kasar karena berpasir. Jenis atap ini sangat kuat melewati berbagai macam iklim dan perubahan cuaca, juga anti bocor.

Perbandingan Atap Bitumen dengan Genting Tanah Liat
Genteng bitumen dibuat melalui beberapa proses, yakni dimulai dengan pencelupan lembaran fiberglass ke dalam cairan aspal panas. Setelah itu dilanjutkan dengan proses penaburan mineral granul dan pasir saat suhu aspal setengah dingin. Granul selain memberi warna, juga menjadi lapisan anti sinar UV.
Dilanjutkan kembali dengan pelapisan menggunakan aspal pada bagian bawah. Tahap terakhir adalah pemotongan menjadi bentuk lembaran dalam berbagai ukuran. Hal ini yang menjadikan bitumen tidak mudah bocor.
Jika dibandingkan dengan genteng tanah liat, bitumen lebih awet dan tidak mudah bocor. Genteng tanah liat mudah patah ketika tertimpa benda berat secara mendadak, seperti pohon yang patah. Genteng konvensional juga akan terkikis oleh perubahan iklim dan cuaca. Juga lebih berat dibandingkan genteng pasir.
Anti Bocor dan Tahan Lama
Keunggulan dari atap bitumen adalah anti bocor dan tahan lama. Lapisan aspal terbukti sangat mampu menahan hujan dan panas matahari. Sehingga dapat digunakan dalam waktu yang sangat lama tanpa khawatir melorot dan bocor. Selain itu atap ini juga sangat ringan, jika dibandingkan dengan jenis atap berbahan tanah liat. Bitumen rata-rata dapat digunakan hingga jangka waktu 20-30 tahun. Sehingga sangat menghemat biaya pengeluaran pemilik hunian.
Meski demikian, atap ini tetap memiliki beberapa kelemahan terutama dari sisi pemasangan yang cukup lama dan tidak bisa di sembarang dilakukan sembarang orang. Selain itu harganya cukup mahal jika dibandingkan dengan atap berbahan tanah liat biasa. Bitumen perlu dibersihkan permukaanya dari debu dan kotoran lain untuk menjaga warna dan tampilan tetap indah.
Akun Bangun Citra Trikarya pada platform Tiktok mengungkapkan bahwa kekurangan utama atap bitumen adalah dari segi pemasangan yang cukup rumit, lama Berkisar antara 2 sampai 3 hari untuk rumah berukurn sedang dengan desain atap sederhana dan harus dilakukan oleh tenaga profesional. Perlengkapan pemasangan juga sangat banyak seperti paku khusus bitumen, palu atau pistol paku, roll, pisau pemotong, GRC dan lem sebagai perekat tambahan. Cukup banya jika dibandingkan dengan peralatan pemasangan genteng konvensional. Bitumen juga cukup mahal, akan tetapi sesuai dengan kualitas dan keunggulan yang ditawarkan.
Perawatan Bitumen
Agar tetap bersih secara tampilan dan semakin awet, maka atap bitumen perlu dibersihkan secara berkala. Terutama jika bertempat tinggal di daerah dengan iklim yang cepat berubah seperti Kalimantan. Atap perlu dibersihkan agar terhindar dari lumut dan debu yang menggumpal dan mengendap di permukaannya.
Bagian ventilasi juga perlu dibersihkan agar tidak tersumbat, sehingga aliran air dari genting bisa mengalir dengan lancar. Selain itu periksa juga pada bagian rangka plafon penyangga genteng, terutama jika terbuat dari kayu. Untuk memastikan adakah pengeroposan atau kerusakan lainnya. Jika terdapat kerusakan maka akan sangat berpengaruh pada kekuatan genting diatasnya.
Pemilihan jenis atap sebaiknya menyesuaikan dengan model hunian atau bangunan. Beberapa hunian yang kurang cocok jika menggunakan jenis atap bitumen adalah rumah Joglo, hotel dan beberapa bangunan bertema tradisional. Harga bitumen berkisar antara Rp 130.000 sampai dengan Rp 200.000, menyesuaikan jenis dan ukuranya. Di Indonesia sendiri penggunaan genteng bitumen atau genteng aspal sudah sangat lazim. Mulai dari rumah pribadi, sekolah, rumah sakit, perkantoran dan berbagai macam bangunan lain./afa